Skandal Financial Fair Play (FFP) Menchester City Tahun 2020

Skandal Financial Fair Play (FFP) Menchester City Tahun 2020

Masalah Keuangan Menchester City yang mengakibatkan hukuman dilarang bermain di liga champion

Masa depan Manchester City di kompetisi-kompetisi Eropa kini menjadi suram. Keputusan UEFA ini akan berimbas pada larangan Manchester City untuk bermain di kompetisi antarklub Eropa musim 2020-2011 dan 2021-2022. Liga Champions merupakan turnamen sepakbola kedua terbesar setelah Piala Dunia. 

Selain melarang City bermain dua musim di kompetisi Eropa, klub Inggris tersebut juga didenda sebesar 30 juta euro atau sekitar Rp 449 miliar.
Klub ini dimiliki oleh City Football Group, perusahaan induk dari Abu Dhabi United Group, milik Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan. Wakil Perdana Menteri Uni Emirat Arab (UEA) itu diperkirakan memiliki kekayaan US$ 22 miliar atau Rp 299 triliun. Sheikh Mansour juga merupakan saudara tiri 

Presiden UEA Khalifa bin Zayed Al Nahyan. Sheikh Mansour membeli Man City pada 2008 dengan harga £ 210 juta yang dilaporkan, atau sekitar $ 273 juta atau Rp 3,7 triliun berdasarkan nilai tukar saat ini. Secara total, Mansour telah menginvestasikan lebih dari US$ 1,7 miliar ke klub atau Rp 23,12 triliun, menurut Guardian.
 
Tepat pada 14 Februari 2020, UEFA mengeluarkan rilis resmi atas dugaan kasus pelanggaran aturan Financial Fair Play yang dilakukan Manchester City. Badan UEFA CFCB Adjudicatory Chamber memutuskan bahwa City telah  melanggar aturan  “financial fair play”. City terbukti telah mengakali laporan keuangannya dengan menaikkan angka pendapatan dari sponsor.

Setelah dengar pendapat pada 22 Januari 2020, CFBC Adjucatory Chamber menyatakan bahwa City tak hanya melanggaran aturan financial fair play, tetapi juga tidak mau bekerja sama selama penyelidikan berlangsung.

Oleh karena itu, City dihukum dilarang berpartisipasi dalam kompetisi di bawah UEFA selama dua musim ke depan, yakni musim 2020/21 serta 2021/22. Selain itu, City juga harus membayar denda 30 juta euro.

Terhadap putusan tersebut, City menyatakan kecewa sekaligus tidak terkejut. City memilih untuk menggunakan haknya mengajukan banding atas keputusan UEFA tersebut ke pengadilan arbitrase olahraga (CAS).

Mengapa UEFA kukuh pada aturan Financial Fair Play? Bagaimana sebenarnya kasus City?

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel